Perjalanan sejarah Nagara Purba melahirkan sebuah peradaban, hal ini adalah indikasi yang nyata , bahwa totalitas dalam kebudayaan Sunda Purba atau Sunda Besar melahirkan beragam warna, baik yang bersifat material dan inmaterial atau ajaran . Keragaman hasil kebudayaan ini seringkali disalah tafsirkan, sebagai bentuk... pemisahan dan pengotakan. Fenomena ini terjadi dikarenakan hanya artefak fisik yang dijadikan standarisasi bukti sebuah pengamatan dan penelitian. Seperti contoh : pusaka atau senjata Kujang, dianggap sebagai senjata etnis Sunda yang berasal dari provinsi Jawa Barat , yang pada kenyataannya terdapat di hampir seluruh Pulau Jawa.
Bentuk analisa yang berlandaskan aspek material, seringkali tidak akurat. Disisi yang lain, bentuk kebudayaan yang berkembang di wilayah Sunda Besar adalah Kebudayaan Nilai atau Non Material . Hal ini tidak pernah dianalisa dan dikaji secara mendalam .Seluruh aspek kebudayaan harus mengacu pada disiplin ilmu Barat dan asing. Untuk kesejarahan Indonesia ilmuwan sejarah yang berasal dari Belanda atau Masa Pemerintahan Kolonial , seringkali dijadikan rujukan yang utama.
Telah diungkapkan di awal bahwa nama Sunda sebagai kerajaan tersurat pula dalam prasasti yang ditemukan di daerah Sukabumi. Prasasti ini terdiri atas 40 baris sehingga memerlukan empat (4) buah batu untuk menuliskannya. Keempat batu bertulis itu ditemukan pada aliran Sungai Cicatih di daerah Cibadak, Sukabumi. Tiga ditemukan di dekat Kampung Bantar Muncang, sebuah ditemukan di dekat Kampung Pangcalikan. Keunikan prasasti ini adalah disusun dalam huruf dan bahasa Jawa Kuno. Keempat prasasti itu sekarang disimpan di Museum Pusat dengan nomor kode D 73 (dari Cicatih), D 96, D 97 dan D 98. Isi ketiga batu pertama (menurut Pleyte):
- D 73 :
- //O// Swasti shakawarsatita 952 karttikamasa tithi dwadashi shuklapa-ksa. ha. ka. ra. wara tambir. iri- ka diwasha nira prahajyan sunda ma-haraja shri jayabhupati jayamana- hen wisnumurtti samarawijaya shaka-labhuwanamandaleswaranindita harogowardhana wikra-mottunggadewa, ma-
- D 96 :
- gaway tepek i purwa sanghyang tapak ginaway denira shri jayabhupati prahajyan sunda. mwang tan hanani baryya baryya shila. irikang lwah tan pangalapa ikan sesini lwah. Makahingan sanghyang tapak wates kapujan i hulu, i sor makahingan ia sanghyang tapak wates kapujan i wungkalagong kalih matangyan pinagawayaken pra-sasti pagepageh. mangmang sapatha.
- D 97 :
- sumpah denira prahajyan sunda. lwirnya nihan.
Terjemahan isi prasasti, adalah sebagai berikut:
- Selamat. Dalam tahun Saka 952 bulan Kartika tanggal 12 bagian terang, hari Hariang, Kaliwon, Ahad, Wuku Tambir. Inilah saat Raja Sunda Maharaja Sri Jayabupati Jayamanahen Wisnumurti Samarawijaya Sakalabuwanamandaleswaranindita Haro Gowardhana Wikramottunggadewa, membuat tanda di sebelah timur Sanghiyang Tapak. Dibuat oleh Sri Jayabupati Raja Sunda. Dan jangan ada yang melanggar ketentuan ini. Di sungai ini jangan (ada yang) menangkap ikan di sebelah sini sungai dalam batas daerah pemujaan Sanghyang Tapak sebelah hulu. Di sebelah hilir dalam batas daerah pemujaan Sanghyang Tapak pada dua batang pohon besar. Maka dibuatlah prasasti (maklumat) yang dikukuhkan dengan Sumpah.
Sumpah yang diucapkan oleh Raja Sunda lengkapnya tertera pada prasasti keempat (D 98). Terdiri dari 20 baris, intinya menyeru semua kekuatan gaib di dunia dan disurga agar ikut melindungi keputusan raja. Siapapun yang menyalahi ketentuan tersebut diserahkan penghukumannya kepada semua kekuatan itu agar dibinasakan dengan menghisap otaknya, menghirup darahnya, memberantakkan ususnya dan membelah dadanya. Sumpah itu ditutup dengan kalimat seruan, I wruhhanta kamung hyang kabeh (ketahuilah olehmu parahiyang semuanya).
Selengkapnya untuk Kerajaan Sunda Galuh bisa di buka lewat ini :
http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Sunda_Galuh
Selengkapnya untuk Kerajaan Sunda Galuh bisa di buka lewat ini :
http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Sunda_Galuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar